Park’s Brothers In Action -Part 1- (by : Michulsworld)

SPECIAL 5TH ANNIVERSARY

PART 1

TITLE:

Park’s Brothers in Action

CAST:

ALL T-MAX MEMBER + MANAGER BAE KYUNG SOO

GENRE:

FRIENDSHIP

BY:

MINCHULSWORLD

            “Aaah~” Yunhwa meregangkan sendi-sendinya. Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu ini tiba juga. Ia kemudian mengangkat kembali tas yang ia taruh tadi saat meregangkan badannya dan kembali berjalan menuju gerbang military camp. Sesaat sebelum ia melangkah keluar, ia berbalik ke belakang dan memberikan hormat selama 10 detik. Memori indahnya bersama kawan-kawan militernya terputar beberapa saat.

Di luar keadaan cukup ramai. Banyak gadis yang memanggil-manggil namanya sambil mengarahkan lensa kamera mereka ke arahnya. Senyum di wajahnya tidak luntur sambil mengucapkan “annyeong” dan “kamsahamnida”. Tapi matanya tak kunjung fokus. Ia terus membuang pandangan kesana kemari di antara kerumunan itu.

“Hyung… kau di mana?” gumamnya. Sudah 10 menit ia mencari hyung kesayangannya itu, tapi batang hidungnya tak nampak  juga.

Kerumunan ini tak kunjung berkurang. Mereka menunggu hingga ada yang menjemput Yunhwa. Wajah Yunhwa menjadi sedikit gelisah. Ia terus memandangi arlojinya. Tiba-tiba beberapa gadis mendekatinya. “Oppa, kau sedang menunggu dijemput?” tanya seorang dari mereka. Yunhwa tersenyum sambil mengangguk.

“Siapa? Minchul oppa? Oh ya, di mana dia? Mengapa dia belum datang? Padahal dia yang membuat event untuk menjemputmu di camp.” kata seorang yang lain.

Yunhwa hanya tersenyum simpul kepada mereka. “Hyung……kau membuat event penyambutanku tapi kau tak ada??! Kau bilang akan menunggu dari sejam sebelum aku keluar…. HYUUUNG…!!” katanya dalam hati.

Ia lalu merogoh kantong dan mengecek ponselnya, berharap ada kabar dari hyungnya. Dan ternyata…, tidak ada. Ia menghela napas panjang.

“Oppa, mau kami antar ke tempatmu?” Yunhwa tersadar ia masih dikelilingi oleh gadis-gadis itu. Ia tersenyum sungkan. “Tidak usah,” jawabnya sopan.

“Tak apa, oppa. Tak usah sungkan dengan kami.” ujar gadis yang mencari Minchul tadi.

Yunhwa menggeleng sopan. “Tidak usah, terima kasih. Aku naik taksi saja. Minchul hyung ternyata sangat sibuk hari ini, jadi ia tak bisa datang kemari. Terima kasih untuk kebaikan kalian. Aku pulang dulu ya. Kalian hati-hati di jalan…” Ia kemudian melambai ke arah kerumunan lalu berjalan ke pinggir jalan dan menyetop sebuah taksi.

“Huufff… hyung….” keluhnya sambil bersandar ke jok taksi.

 

***

 

“Siang semuanya….” kata Minchul yang menjatuhkan dirinya ke sofa di studio Soundbirds.

“Siang apanya?” jawab Wookyung sambil melihat arlojinya. “Ini sudah sore, bahkan malam nyaris tiba. Dari mana saja kau?”

Minchul mengusap-usap lehernya. “Aku lelah sekali….”

“Tadi kau menjemput Yunhwa? Aah~ aku harus menyempatkan diri untuk mentraktirnya makan sebagai permohonan maafku karena tak pernah bertemu dengannya jika ia libur.”

Wajah Minchul sedikit bingung. “Yunhwa? Menjemput??”

“Kau lupa? Hari ini dia keluar dari campnya.”

“Aaaaa…” pekik Minchul. “Aku benar-benar lupa. Aku…aku pergi dulu.” Ia bergegas menuju mobilnya yang terparkir di depan gedung.

Ia mengemudikan mobilnya dengan cukup kencang menuju rumah Yunhwa. Sesampainya di depan pintu rumahnya, ia mengatur napas kemudian menekan bel.

Yunhwapun membuka pintu.

“YUNHWAAA…” teriak Minchul sembari memeluk tubuh mungil Yunhwa. “Selamat kau telah menyelesaikan wajib militermu!”

Yunhwa melepaskan pelukan Minchul. “Ya, aku sudah selesai wamil.”

“Bagaimana keadaanmu? Sepertinya kau baik-baik saja… Sekarang kau sudah menjadi laki-laki sejati! HAHAHAHA…Selamat! Selamat!” Minchul kembali memeluk Yunhwa, kali ini sembari menepuk-nepuk punggungnya.

Yunhwa kembali melepaskan pelukan Minchul dan melangkah mundur. “Hyung…” Ia menatap serius. “Ya, aku baik-baik saja. Dari dulu aku baik-baik saja. Bahkan tadi saat aku menunggu kedatanganmu di depan gerbang dan akhirnya aku harus pulang sendiri pun aku masih merasa baik-baik saja.” Ia langsung melangkah masuk meninggalkan Minchul yang masih terpaku di depan pintu.

“Yunhwa-ya…,” panggil Minchul. “Kau marah denganku?” Minchul mengikuti langkah Yunhwa.

“Tidak.” jawabnya seraya membuang mukanya ketika Minchul mencoba melihat ekspresi wajahnya.

“Maaf… Aku baru tidur di apartemen pagi tadi dan a…”

Yunhwa memotong, “Aku tahu kau sangat sibuk dengan pekerjaanmu hyung.” Nadanya terdengar agak ketus.

“Yunhwa-ya….” Minchul memanggil dengan nada memelas. “Ayo kita pergi malam ini. Aku yang traktir!”

“Tidak, aku malas keluar.” Yunhwa segera menolaknya. “Aku lelah, aku ingin bersantai saja di rumah malam ini.”

Minchul terdiam. Ia memutar otak mencari penawaran supaya Yunhwa berhenti ngambek dengannya. Sudah beberapa kali ia mengajukan penawarannya, namun Yunhwa selalu berkata tidak mau. Malah sekarang ia menyalakan tv dan membiarkan Minchul tetap terpaku berdiri memikirkan penawaran lainnya supaya ia setuju.

“Aaah…” teriak Minchul yang mulai kesal. “Baiklah…, sekarang terserah kau saja. Kau mau apa, akan aku turuti.”

Yunhwa teringat dengan cerita Bae bahwa Minchul dan Chanyang tengah berselisih paham. Ia pikir inilah saat yang tepat untuk mulai mendamaikan mereka. “Aku ingin…kita pergi makan dengan Chanyang.”

Minchul langsung terbelalak. “Apa??! Kenapa harus dengan anak itu?!”

“Memangnya kenapa? Kau ada masalah dengannya?” Yunhwa memasang tampang innocent.

Minchul hanya diam. Tapi ritme napasnya lebih cepat dari sebelumnya sehingga pundaknya naik turun.

“Aku akan menelepon Chanya…”

“Tidak usah!” bentak Minchul. “Aku tak bisa memenuhi keinginanmu yang satu ini.”

Yunhwa berdiri. “Hyung, jika kau punya masalah, cobalah kau selesaikan. Kau hanya perlu duduk bersama dengannya dan membicarakannya, mencari jalan keluarnya.”

“Kau tak perlu ikut campur dengan masalahku!” Nadanya makin meninggi.

“Apa kau pikir aku bisa duduk diam mengetahui rekan setimku  sedang berselisih?! Kalian bukan hanya teman, kalian sudah seperti keluargaku sendiri….” Nada bicara Yunhwa seperti ia bersungguh-sungguh dengan apa yang ia ucapkan.

Minchul meredakan sedikit emosinya. “Kau tak mengerti Yunhwa…”

“Ya, aku tak mengerti dengan kalian berdua! Apakah tak ada masalah yang bisa dibicarakan baik-baik?”

“Dia berbeda denganmu! Dia berbeda dengan Jun! Sungguh sangat berbeda masa-masa yang kualami ketika kita masih bertiga jika dibandingkan ketika T-Max berempat tanpa kehadiranmu….”

“Bukankah bagus karena kalian memiliki member yang lebih banyak?” Yunhwa mencoba menarik salah satu sudut bibirnya.

“Memang lebih ramai… Tapi apakah kau tahan jika membermu sulit diatur?! Bisakah kau merasakan…aku sangat lelah…. Sebagai leader aku harus bisa membimbing dan mengatur member agar sesuai dengan apa yang seharusnya. Management menuntutku agar aku bisa memenuhi target, sedangkan aku harus membimbing anak keras kepala yang sulit diatur itu. Jika dia sudah ada maunya, susah sekali mengubah pendiriannya. Dasar kepala batu!” Minchul mengeluh kesal.

“Keras kepala… punya idealis tinggi… Bukankah itu sepertimu hyung? Dia itu duplikatmu….” Yunhwa tersenyum lebar.

“Kau memang tak mengerti…” Minchul menghela napasnya.

“Ya, aku memang tak mengerti masalah macam apa yang membuat kalian berdua jadi seperti ini. Kalian sudah mengenal karakter masing-masing, harusnya kalian sudah saling memahami satu sama lain dan mencari jalan keluar dari perselisihan kalian bersama-sama…”

“Berhentilah mengguruiku.” Minchul membalikkan badannya dan berjalan menuju pintu depan. “Sudahlah…, aku ingin mencari udara segar.”

Hari sudah larut malam. Minchul mengemudikan mobilnya tak tahu harus pergi ke mana. Pikirannya tak fokus, seperti jiwanya tak berada di dalam tubuhnya sendiri. Setelah berputar-putar selama 30 menit, akhirnya ia memarkirkan mobilnya di dekat pasar barang antik. Ia berharap dapat menjernihkan pikirannya di sana.

Dan memang perasaannya mulai membaik setelah berkeliling, walaupun ia harus sendirian. Apalagi setelah menemukan pedangang yang menjual piringan hitam Marilyn Monroe, ia sudah bisa tersenyum lebar sambil menawar ke pedagang itu. Tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya.

Minchul menoleh ke belakang. Sontak ia berteriak, “Baenim!”

“Bagaimana kabarmu?” tanya Bae sambil merangkulnya.

“Tak begitu baik…ngg tapi sekarang sudah membaik.” Minchul tersenyum.

“Kita sudah lama tak mengobrol… Ayo kita ke café di ujung sana.” Bae melirik tangan Minchul yang masih memegang piringan hitam. “Mmm tapi sebaiknya kau selesaikan dulu urusanmu.”

Setelah tawar menawar selesai dan Minchul sudah medapatkan piringan hitam itu, mereka pergi ke café yang dimaksud oleh Bae. Mereka saling bertukar cerita tentang kejadian selama setahun ini. Minchul begitu terbelalak ketika mendengar Bae sudah memiliki seorang anak.

“Seorang laki-laki, baru berumur 4 bulan. Istriku minta dibelikan porselen Cina, jadi aku datang kemari.” tandasnya. “Lalu apa yang membawamu kemari?”

Minchul kemudian bercerita panjang lebar tentang kejadian hari ini. Ia pun mengungkapkan tentang Yunhwa yang menyinggung-nyinggung masalahnya dengan Chanyang dan justru menyuruhnya untuk segera berbaikan dengan Chanyang.

“Dari mana anak itu tahu tentang masalahku dengan Chanyang?” tanya Minchul lalu segera menoleh tajam ke arah Bae. “Kau ya yang memberitahunya?”

“Tidak,” jawab Bae cepat.

Minchul menghela napas seakan tak mempedulikan jawaban Bae. “Lalu aku harus bagaimana?” Minchul menatap dalam ke meja kosong yang ada di seberang mereka.

“Sebaiknya… kau berbaikan dengannya. Tidak baik membiarkan masalah ini menggantung berkepanjangan. Ini bukan hanya masalah antara kau dengan Chanyang. Sekarang saja teman segrupmu sudah mencampurinya. Manajemenpun mengusahakan jalan yang mereka bisa untuk kalian berdua. Belum lagi fans kalian. Bagaimana perasaan mereka jika tahu idolanya sedang bersitegang? Kau tahu sendiri MightyMax seperti mata-mata professional. Apakah kalian pernah memikirkan perasaan orang-orang di sekitar kalian???”

 

***

Minchul tiba di apartemennya dengan tatapan kosong. Kata-kata Bae terus terngiang-ngiang di kepalanya. “….Apakah kalian pernah memikirkan perasaan orang-orang di sekitar kalian? …..Bagaimana perasaan mereka jika tahu idolanya sedang bersitegang?” Orang-orang disekitar? Mighty Max? Apakah mereka tahu? Apa mereka juga merasakan aura permusuhan kami? Bagaimana jika mereka sampai tahu dengan masalah ini? Mereka sudah cukup kecewa dengan penundaan album dan masa vakum kami. Belum lagi berbagai pemberitaan di media massa tentang kabar bahwa kami membubarkan diri. Apakah aku tega membuat mereka kembali bersedih karena masalah ini?

Ia bersandar di sofa sambil menarik napas panjang. Tak sengaja tangannya menyentuh remote tv. Ia pun menyalakan tv dan memutuskan untuk menonton, mencari hiburan. Tapi tak satu pun acara yang dianggapnya menarik. Ia hanya menggonta-ganti channel sampai akhirnya ia melihat iklan Hanbi di tv.

“Waaah Hanbi-ya! Kau sudah punya iklan sendiri!” sahut Minchul. Ia memperhatikan dengan seksama hingga iklan itu selesai. Di dalam hati ia terus berdecak kagum atas keberhasilan maknaenya ini yang kariernya terus menanjak. Ia pun memutuskan untuk meneleponnya.

“Yoboseyo.., hyung-ah.” suara berat Hanbi terdengar begitu ceria.

“Yoboseyo Hanbi-ya…” Minchul membalas sapaannya. “Selamat kau sekarang begitu sukses! Aku baru saja melihat iklanmu di tv. Wow, kau pemeran utama ya di iklan itu?”

“Iya, hyung.” Hanbi menjawab malu. “Menurutmu bagaimana?”

“Kau keren sekali di situ! Hahaha…”

Hanbi tersipu-sipu. “Benarkah? Umm… Bagaimana pipiku? Apakah masih terlihat chubby? Aku tetap imut dan makin tampan kan?”

“Aissh… Kau ini masih saja narsis.”

“Hahaha… Aku hanya bercanda. Ada apa kau meneleponku malam-malam begini?”

“Aku hanya ingin mengobrol denganmu.” jawab Minchul datar.

“Benar hanya itu?”

Minchul berdehem mengiyakan.

“Jujur saja… Kau rindu denganku kan hyung?” Hanbi langsung tertawa.

“Apa kau bilang?” Minchul meninggikan suaranya. “Oh ya tentu saja. Aku rindu membullymu. Jika bertemu nanti, aku akan menawanmu dan membawamu ke apartemenku untuk membersihkan kamar mandi.” Kini Minchul yang tertawa puas sedangkan Hanbi hanya melengus.

“Ngomong-ngomong, akhir pekan ini aku berencana pergi ke rumah Yunhwa hyung. Kau datang ya?” pinta Hanbi.

“Ada apa kau tiba-tiba ingin ke sana?” tanya Minchul dengan wajah yang enggan untuk membahasnya.

“Aku sudah lama tak bertemu dengannya, apalagi kan hari ia baru saja keluar dari camp. Aku tak bisa menjemputnya hari ini, jadi sekalian saja kita buat pesta untuknya.”

“Sepertinya aku sibuk.” Minchul mencoba menolak, walaupun ia sebenarnya memiliki waktu kosong.

“Ayolah hyung…. Aku sengaja mengosongkan jadwalku hanya untuk ini,” Hanbi memelas.

“Aku tidak bisa….”

“Anggaplah ini hanya sekedar waktu untuk makan bersama, hanya sebentar…”

“Tidak bisa…”

“Setelah makan, kau bisa kembali ke studio untuk bekerja…”

“Tidak…”

“Baenim juga akan datang…” Hanbi tetap mencoba membujuknya.

“Bae? Tadi dia tak mengatakan apapun tentang hal ini…” Minchul bergumam.

“Kau tadi bertemu dengannya?” Hanbi malah jadi penasaran dengan gumaman Minchul.

“Ya, tadi kami bertemu dan mengobrol sebentar.”

“Tuh kan cuma sebentar….” sahut Hanbi tiba-tiba dengan suara yang keras. “Jadi nanti kau harus datang ya hyung, supaya kita bisa mengobrol lebih lama….. Aku sangat rindu dengan kalian….” Nada suaranya berubah menjadi sendu.

“Hey Hanbi…. kau tidak menangis kan?” Hanbi tak menjawab apapun. “Eungg… baiklah aku akan datang. Tapi hanya sebentar ya.” Minchul akhirnya luluh juga dengan rayuan Hanbi.

“BENARKAH??” Hanbi kembali ceria. “Baiklah, aku tunggu hari Minggu besok di rumah Yunhwa hyung. Annyeong!”

Biiip.. Hanbi langsung mematikan sambungan telepon.

“Dasar maknae tak sopan…. Beraninya dia mematikan terlebih dulu sebelum aku berbicara lagi…” ujar Minchul sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Di tempat lain, Hanbi tersenyum sumringah. Ia segera mencari nomor Chanyang dan meneleponnya.

“Yoboseyo..” jawab Chanyang dengan suara yang terdengar cukup lelah.

“Hyung… Kau masih di studio?” tanya Hanbi.

“Ya…, ada apa?”

“Kau perlu refreshing, hyung!” Hanbi memulai promosinya. “Kau tahu kan aku sedang syuting drama saat ini?”

“Hmmm…” Chanyang mengiyakan.

“Aku sengaja mengosongkan jadwalku akhir pekan ini hanya demi kalian….” Hanbi mulai memelas.

“Apa maksudmu?”

“Hari Minggu kau harus datang ke rumah Yunhwa hyung! Kita akan buat pesta penyambutan untuknya….” Hanbi memaksa Chanyang.

“Oh iya, hari ini ia baru menyelesaikan wamilnya kan?” Chanyang menepuk dahinya.

“Iya. Karena itu kita harus membuatkannya pesta. Nanti manager kesayangan kita juga akan datang….”

“Benarkah? Waaah…” Chanyang berdecak senang. “Tapi Hanbi…, maaf aku sangat sibuk.”

“Hanya sebentar hyung…. Tak bisakah kau pergi sebentar hanya untuk makan bersama kami?”

Chanyang diam. Ia menimbang-nimbang sambil memainkan bibirnya. “Baiklah, tapi aku tidak janji.”

“Aku tahu kau pasti datang. Sampai jumpa….”

 

***

 

Minchul sedikit enggan untuk menuju ke rumah Yunhwa karena kejadian tempo hari. Ia merasa keadaan pasti akan canggung. Namun inilah saat yang sudah lama ia nantikan, berkumpul bersama dengan ‘keluarga’nya. Ia berharap keadaan nantinya akan lebih baik dari yang ia bayangkan.

Sesampainya di depan pintu, Hanbi lah yang membukakan pintu. Ternyata Bae sudah berada di dalam. Hanbi membawakan segelas jus dan sepotong kue untuk Minchul. Ia yang nampak paling senang hari itu. “Hyung, ini makanan pembuka untukmu. Aku membawa wine, tapi untuk nanti.” Hanbi tersenyum sumringah.

“Hanbi-ya, sebenarnya kau atau Yunhwa tuan rumahnya?” tanya Minchul dengan wajah meledek. Kemudian pandangannya bertemu beberapa detik dengan Yunhwa, terasa seperti ada kecanggungan antara mereka berdua. Namun akhirnya rasa canggung itu sirna juga.

“Kenalkan hyung, ini kepala rumah tanggaku yang baru.” kata Yunhwa sambil menepuk pundak Hanbi.

“Aissh hyung…” ucap Hanbi yang disambut tawa mereka bertiga.

 

——-

 

Chanyang masih saja asik me-mixing lagu di studio. Ia terbelalak ketika melihat jam tangannya. Tiba-tiba ponselnya bergetar.

From: Han Bi

Hyung, kau ada di mana?

 

Ah…, aku akan benar-benar telat, ujarnya.

 

To: Han Bi

Aku akan segera ke sana…

 

Tanpa banyak bicara, Chanyang langsung menuju ke rumah Yunhwa. Di depan pintu rumah Yunhwa, ia mengatur napasnya. Jantungnya berdebar-debar, terasa janggal. Namun ia tak menggubrisnya. Hanbi pun membukakan pintu. “Ayo hyung, silakan masuk.” ujarnya.

Begitu sampai di dalam, ia sangat terkejut melihat Minchul yang tengah duduk di ruang tengah dan mengobrol dengan Bae. Jantungnya seakan berhenti berdetak beberapa saat. Tak lama Minchul melayangkan pandangan ke arahnya. Ia pun tak kalah terkejutnya dengan Chanyang. Ekspresi wajahnya langsung berubah.

“Ayo hyung masuk ke dalam,” ajak Hanbi. Chanyangpun mengekor.

Sesampainya di ruang tengah, Minchul membuang pandangannya ke bawah. Ia pura-pura sibuk dengan ponselnya, kemudian ia berdiri.

“Mmm… Maaf. Aku harus kembali ke studio.” kata Minchul.

“Cepat sekali kau kembali. Makanan utamanya saja belum kau lihat.” tandas Hanbi.

“Maaf aku buru-buru.” Minchul bergegas keluar.

Hanbi berusaha mengejar Minchul dengan sedikit berlari agar menyamakan jarak di antara mereka. Minchul tampak tidak menghiraukan maknaenya itu. Sesekali ia mendengar Hanbi berteriak memanggilnya.

“Minchul hyung tunggu!!” susah payah Hanbi berlari kencang dan berteriak dalam waktu bersamaan. Minchul yang tidak tega melihatnya berbalik juga.

“Ada apalagi?” sahut Minchul.

Hanbi mengatur nafas perlahan.

“Kenapa pulang begitu cepat sih hyung? Kita jarang-jarang loh bisa ngumpul-ngumpul begini, apa pekerjaanmu lebih penting daripada kami?”

“Babo! Tentu saja! Kau pikir aku pengangguran yang punya banyak waktu luang untuk bersenang-senang!? Aku sibuk Hanbi-ya.” jawab Minchul cuek sambil membuka pintu mobilnya.

Hanbi melengos, kesal. Minchul meletakkan raybannya terlebih dahulu ke dalam mobil, kemudian kembali berbalik karena tidak mendapat respon dari Hanbi.

Maknaenya itu masih berdiri melongo di samping mobilnya. Rupanya satu bentakan tak lantas membuat anak ini membiarkanku pergi, pikir Minchul.

“Tunggu apalagi?? Cepat pergi sana atau kau akan disangka orang bodoh berdiri sendirian disini.” ucap Minchul sedikit berteriak.

“Kenapa sih hyung, kau harus menghindar?” tanya Hanbi tiba-tiba, membuat minchul kaget. Ada apa lagi dengan anak ini? Apa mau cari mati denganku?

 

——-

 

Yunhwa dan Bae menatap Chanyang tanpa berkedip.

”Aku sedang tidak suka berbasa-basi Chanyang-ah, aku sudah tahu semuanya dari Hanbi. Aku hanya ingin mendengar dari mulutmu sendiri masalah yang sebenarnya. Aku kenal baik bagaimana Minchul. Dia tidak seperti ini kalau masalah ini tidak begitu serius.” Yunhwa memulai percakapan.

Bae mengangguk mengiyakan. Namun Chanyang tetap diam tak bergeming.

Sekarang pandangan Yunhwa tertuju pada Bae. “Kau pasti tahu tentang ini kan?”

“Eung….Ya, sejak meeting terakhir bersama manajemen waktu itu. Kupikir masalah ini sudah selesai, tapi ternyata kalian……..”

“Sudahlah hyung! Aku capek terus-terusan ditanyai tentang masalah ini. Tidak ada habisnya. Untuk apa sih mengungkit yang sudah-sudah. Tidak ada gunanya sama sekali.” ujar Chanyang memotong ucapan Bae. Ia lantas pergi ke dapur, entah untuk apa. Yunhwa dan Bae hanya dapat menatapnya, frustasi.

 

——-

 

“Menghindar apa? Aku tidak menghin…….”

“Kau tidak seperti Minchul hyung yang kukenal”, potong Hanbi. Minchul mendelik.

“Minchul hyung yang kukenal tidak pernah menghindari masalah, ia justru menantangnya meski harus membuat orang-orang di sekitarnya kesal karena dia tidak pernah berhenti berteriak, dan tidak pernah berhenti mencari solusinya sebelum semuanya kembali seperti semula.” Hanbi menatap Minchul tajam.

Minchul bersidekap kesal. “Hanbi kau………”

“Apa sih hyung masalah sebenarnya? Sampai kau harus menghindar seperti ini? Kau pikir aku tidak tahu kalian ada masalah? Jangan kekanakan seperti ini hyung!” Hanbi tetap mengabaikan perkataan Minchul.

“SIAPA YANG MENGHINDAR!!?? SIAPA YANG KEKANAKAN???!!!!” kini Minchul benar-benar berteriak. Tak kuat menahan emosinya.

“Lalu kalau bukan menghindar apa namanya!!?? Pergi secara tiba-tiba tanpa alasan yang jelas. Pokoknya aku tidak mau tahu hyung, masalah kalian harus selesai sebelum anniversary T-MAX!” sahut Hanbi tanpa sadar, Minchul membuang muka, kemudian menoleh kaget.

“Eh apa katamu? Anniversary? Memangnya apa hubungannya dengan itu?” tanya Minchul mulai curiga.

Hanbi mendadak ingat akan janjinya pada manajemen untuk merahasiakan hal itu dulu. Ah kenapa aku bisa keceplosan sih, Hanbi mengutuk dirinya sendiri karena begitu bodoh.

“Ah tidak….tidak hyung memang tidak ada hubungannya! Maksudku tidak baik kan kalau di saat bahagia seperti itu saling bermusuhan.” Hanbi buru-buru meralat ucapannya.

“Maka dari itu hyung, kalian harus berbaikan sebelum masalah ini berlarut-larut semakin jauh. Bukankah dulu kau sendiri yang pernah bilang padaku seperti itu?”

“Cih.. kenapa kau senang sekali sih ikut campur!!? Terserah lah apa katamu, dasar bocah!”

Minchul lalu masuk ke dalam mobil dan membanting pintunya dengan kencang, meninggalkan Hanbi yang berdiri mematung menatap kepergiannya.

Hanbi menghela nafas lagi sambil memukul-mukul pelan kepalanya. “HanBi kau bodoh, kenapa sampai keceplosan sih?” gerutunya pada dirinya sendiri.

 

***

Minchul menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Mengekspresikan kemarahannya. Pikirannya benar-benar kacau sekarang. Bisa dibilang ia sedang galau tingkat akut. Tempo hari Yunhwa dan Bae yang memaksanya menyelesaikan masalah dan berdamai dengan Chanyang. Sekarang Hanbi si bocah ingusan itu juga ikut-ikutan.

Apa mereka bersekongkol?

Tapi kenapa mereka hanya memaksaku?

Memangnya aku seorang yang bermasalah?

Dan si gigi kelinci itu tidak? Tsk….. tidak ada seorangpun rupanya yang berada di pihakku.

Beribu pertanyaan semacam itu menyerang pikiran Minchul.

Minchul akhirnya memarkirkan mobilnya di sebuah kedai ‘minuman’ di pesisir Myeongdong dan memesan beberapa botol soju.

Disaat seperti ini apalagi yang bisa dilakukan?

 

***

 

“Teman macam apa mereka!!!?? Dasar bodoh!!!” erang Minchul sambil memukul-mukul meja dengan keras.

Wajahnya terlihat memerah setelah hampir 1 jam minum-minum di tempat itu. MinChul terkulai lemas tak berdaya, wajahnya menelungkup di atas meja. Seseorang menggoyang punggungnya perlahan, berusaha membangunkannya.

“Tuan… cepat bangun!! Kedai kami sudah mau tutup!”

Minchul mengangkat kepalanya perlahan. Bau alcohol megoar dari mulutnya.

“Ng…baiklah aku akan segera per…….”

‘BRUKKKKKKKKKKKKKK’

Minchul terjatuh tidak sadarkan diri di lantai. Kepalanya terasa benar-benar pusing. Ia memang tidak kuat minum banyak dari dulu.

“Aigo~~ pria ini benar-benar merepotkan!” teriak ahjumma si pemilik kedai.

Tanpa sengaja ia melihat handphone Minchul tergeletak di lantai, mungkin ikut terjatuh tadi. Ia pun segera memungutnya.

“Ah bodohnya aku! Kenapa tidak menelepon seseorang untuk menjemputnya saja…” gumam wanita paruh baya itu.

Buru-buru ia mencari nomer telepon di handphone Minchul. “Omo~~!” wanita itu berlonjak kaget begitu membuka handphone Minchul.

“Apa pria ini artis? Aihh……pantas saja aku merasa pernah melihatnya sebelumnya. Ishh….jinjja….”

 

 

-TBC-

Posted on July 19, 2012, in Completed, Series and tagged . Bookmark the permalink. 2 Comments.

  1. Wah, penasaran sama lanjutannya… ditunggu yaa^^

Leave a comment